Assalam’alaikum wr. wb.
Saudara Esa yang dimuliakan
Allah swt
Jalan da’wah adalah jalan
Rasulullah saw. Ia adalah jalan mulia yang menunjukkan umat ini kepada hidayah Allah
swt. Ia adalah jalan yang bertujuan mengeluarkan hamba-hamba-Nya dari
penyembahan kepada hamba menjadi penyembahan kepada Tuhan hamba.
Ia adalah jalan yang
mempersatukan seluruh hamba-Nya yang beriman didalam satu ikatan ukhuwah
imaniyah. Dan ia adalah satu-satunya jalan untuk merealisasikan
undang-undang-Nya di bumi ini hingga islam dirasakan oleh semua makhluk sebagai
rahmat Allah bagi mereka.
Firman Allah swt :
قُلْ
هَذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللّهِ عَلَى بَصِيرَةٍ أَنَاْ وَمَنِ اتَّبَعَنِي وَسُبْحَانَ
اللّهِ وَمَا أَنَاْ مِنَ الْمُشْرِكِينَ
Artinya : “Katakanlah: "Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang
yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha
Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik". (QS.
Yusuf : 108)
Ia adalah jalan yang tidak
mungkin ditempuh dengan sendiri-sendiri betapa pun kekuatan dan kemampuan yang
dimilikinya. Ia adalah jalan yang mampu mengumpulkan orang-orang yang telah
memberikan seluruh hidupnya untuk Allah swt demi kejayaan agama-Nya.
Hati mereka tidaklah disatukan
oleh ikatan-ikatan semu. Mereka tidaklah diikat oleh harta yang dimilikinya,
gelar yang disandangnya, jabatan yang dipikulnya maupun kemasyhuran yang
menghiasinya akan tetapi hati mereka bersatu karena kecintaannya kepada Allah
dan berpegang teguh dengan sunnah Nabi-Nya.
Mereka adalah orang-orang yang
bertemu dan berpisah, bercinta dan membenci seseorang karena Allah. Mereka
meyakini bahwa kekokohan dan soliditas bangunan kebersamaan (jama’ah) dilandasi
oleh kesetiaan kepada manhaj Allah, kejujuran didalam merealisasikannya serta
jihad dijalan-Nya, sebagaimana firman-Nya :
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ ﴿٢﴾ كَبُرَ
مَقْتًا عِندَ اللَّهِ أَن تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ ﴿٣﴾ إِنَّ اللَّهَ
يُحِبُّ الَّذِينَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِهِ صَفًّا كَأَنَّهُم بُنيَانٌ
مَّرْصُوصٌ ﴿٤﴾
Artinya : “Wahai
orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu
kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang
tidak kamu kerjakan. Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang
dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu
bangunan yang tersusun kokoh.” (QS.
Ash Shaff : 2 – 4)
Da’wah yang mereka lakukan
tidaklah ditaburi oleh bunga-bunga yang harum semerbak akan tetapi dengan semak
dan duri karena adanya pertentangan yang jelas antara yang hak dan yang batil,
antara nilai-nilai ilahi dan nilai-nilai setan.
Sayyid Qutb didalam menafsirkan
ayat 108 surat Yusuf mengatakan bahwa makna “dan Aku tiada termasuk orang-orang
yang musyrik” adalah kemusyrikan yang nyata maupun yang tersembunyi… Inilah
jalanku (Nabi, pen) dan orang-orang yang berkehendak mengikutiku. Dan
barangsiapa yang tidak berkehendak maka aku akan tetap berjalan diatas jalanku
yang lurus.
Para kader da’wah yang menyeru
kepada Allah hendaklah memiliki keunikan. Mereka harus menyatakan bahwa mereka
adalah umat yang satu, berpisah dari orang-orang yang tidak seakidah dengan
aqidah mereka, tidak menapaki jalan mereka, tidak tunduk kepada pemimpin mereka
dan mereka memiliki kekhasan dan tidak bercampur !
Tidaklah cukup para kader
da’wah hanya menyeru kepada agama mereka (islam, pen) sementara mereka
bersenang-senang didalam masyarakat jahiliyah. Dan da’wah yang seperti ini
tidaklah ada nilainya sedikit pun! Sesungguhnya keharusan mereka sejak hari
pertamanya adalah mengumumkan bahwa mereka adalah sesuatu yang lain yang bukan
jahiliyah, mereka memiliki keunikan dengan perkumpulannya yang diikat oleh
akidah yang khas dengan titel kepemimpinan islam.
Mereka haruslah membedakan diri
mereka dari masyarakat jahiliyah serta membedakan pemimpin mereka dari pemimpin
masyarakat jahiliyah juga!
Selanjutnya beliau mengatakan
bahwa orang-orang yang mengira bahwa mereka akan mencapai tujuannya dengan cara
berbaur didalam masyarakat jahiliyah, dengan nilai-nilai jahiliyah dan berbagai
tipu daya yang melenakan melalui masyarakatnya dan dari situasi dan kondisi
seperti itu muncul da’wah islam… maka sebenarnya mereka adalah orang-orang yang
tidak mengetahui tabiat aqidah ini dan tidak mengetahui bagaimana seharusnya
mereka mengetuk hati!.. Sesungguhnya para pendukung atheis sendiri telah
menyingkap ciri-ciri, jati diri dan wajah mereka? Lalu mengapa para kader
da’wah yang menyeru kepada islam tidak mengumumkan jati diri mereka yang khas?
cara mereka yang khas? Dan jalan yang jelas-jelas berbeda dengan jalan
jahiliyah? (Fii Zhilalil Qur’an juz IV hal 2034)
Dari apa yang dipaparkan Sayyid
Qutb diatas tampak bahwa setiap kader berkewajiban mengawal dan mengarahkan
da’wah ini untuk tetap berpegang teguh dengan keunikan yang dimilikinya,
keunikan didalam tujuan, sarana serta prinsip yang digunakannya.
Artinya bahwa setiap kader
da’wah harus betul-betul menjaga kesucian da’wah ini dari berbagai kepentingan
rendah duniawi demi mendapatkan keredhoan Allah swt di akherat. Hal inilah yang
ditegaskan oleh Imam Al Banna dalam risalah “Da’wah Kami”.
Beliau mengatakan,”Kami
menginginkan bersama ini agar kaum kami—seluruh kaum muslimin adalah kaum kami—bahwa
da’wah kami adalah da’wah yang bersih dan suci. Ia adalah da’wah yang tinggi
didalam kesuciannya hingga melampaui berbagai ambisi pribadi, menghinakan
kepentingan materialistis, meninggalkan dibelakangnya berbagai hawa nafsu. Ia
adalah da’wah yang melangkah ke depan di jalan yang telah digariskan oleh Yang
Maha Benar dan Maha Tinggi untuk para dai yang menyeru kejalan-Nya :
قُلْ
هَذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللّهِ عَلَى بَصِيرَةٍ أَنَاْ وَمَنِ اتَّبَعَنِي
وَسُبْحَانَ اللّهِ وَمَا أَنَاْ مِنَ الْمُشْرِكِينَ
Artinya : “Katakanlah: "Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang
yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha
Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik". (QS.
Yusuf : 108)
Maka kami tidaklah pernah
meminta sesuatu pun dari manusia, tidak menuntut harta mereka, tidak meminta
balasan mereka, popularitas mereka dan tidak juga menginginkan imbalan maupun
ucapan terima kasih. Sesungguhnya balasan kami dalam hal ini hanyalah dari Yang
telah menciptakan kami. (Majmu’atur Rosail hal 17)
Untuk itu setiap kader da’wah
haruslah menempatkan wala’ (loyalitas) nya pertama kali kepada Allah, Rasul dan
orang-orang beriman yang senantiasa ruku’, sujud dan tunduk dengan segala
aturan Allah swt. Mereka adalah orang-orang yang mengikuti kebenaran bukan
mengikuti orang-orang yang mengatakan kebenaran. Karena kebenaran adalah
sesuatu yang abadi, tetap dan tak berubah-ubah sementara orang-orang yang
mengatakan kebenaran ada kemungkinan mengalami perubahan dari nilai-nilai
kebenaran yang pernah dikatakan. Karena itulah Allah swt menyinggung
orang-orang yang seperti ini didalam firman-Nya :
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ
Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu
yang tidak kamu kerjakan?” (QS.
Ash Shaff : 2)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar