Minggu, 14 Desember 2014

Puisi untukmu SAHABAT

SAHABAT UMMAT
Kalau kau tahu sahabatku... kalau kau tahu...
Tugasmu yang sejati...
Pasti kau rasakan apa yang kurasakan...
Kalau kau tahu bahaya yang mengancam...
Ouuh..kalau saja kamu tahu derita ummat ini...
Pasti kau rasakan apa yang kurasakan...
Hatiku tercekam...
Jiwaku berguncang...
Kudukku berdiri..
Jantungku berdebar...
Darahku tersendat di arus bergejolak...
Apakah gerangan yang akan terjadi...?!?
Jika kau.... Yaa, kau... Wahai sahabat..!!
Kau.. gagal di medan bhakti...
Lautan manusia kan jatuh ke lubang derita..
Matahari huda kan padam meredup...
Siangpun kan gelap bagaikan malam...
Jangan berhenti wahai sahabat...!! Jangan..!!
Kaulah jundi Ilahi yang meruak rimba kenistaan...
Kaulah obor ilahi pemancar cahaya...
Penawar kegelapan malam kedustaan nan pekat gulita...
Aku tahu kau lelah sekali... Aku tahu kau terluka parah...
Wajahmu pucat... Tubuhmu lemah... Rumahmu tertinggal...

Waktumu terbagi...

apa yang dimaksud dengan Kader Dakwah

Assalam’alaikum wr. wb.
Saudara Esa yang dimuliakan Allah swt
Jalan da’wah adalah jalan Rasulullah saw. Ia adalah jalan mulia yang menunjukkan umat ini kepada hidayah Allah swt. Ia adalah jalan yang bertujuan mengeluarkan hamba-hamba-Nya dari penyembahan kepada hamba menjadi penyembahan kepada Tuhan hamba.
Ia adalah jalan yang mempersatukan seluruh hamba-Nya yang beriman didalam satu ikatan ukhuwah imaniyah. Dan ia adalah satu-satunya jalan untuk merealisasikan undang-undang-Nya di bumi ini hingga islam dirasakan oleh semua makhluk sebagai rahmat Allah bagi mereka.
Firman Allah swt :
قُلْ هَذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللّهِ عَلَى بَصِيرَةٍ أَنَاْ وَمَنِ اتَّبَعَنِي وَسُبْحَانَ اللّهِ وَمَا أَنَاْ مِنَ الْمُشْرِكِينَ
Artinya : “Katakanlah: "Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik". (QS. Yusuf : 108)
Ia adalah jalan yang tidak mungkin ditempuh dengan sendiri-sendiri betapa pun kekuatan dan kemampuan yang dimilikinya. Ia adalah jalan yang mampu mengumpulkan orang-orang yang telah memberikan seluruh hidupnya untuk Allah swt demi kejayaan agama-Nya.
Hati mereka tidaklah disatukan oleh ikatan-ikatan semu. Mereka tidaklah diikat oleh harta yang dimilikinya, gelar yang disandangnya, jabatan yang dipikulnya maupun kemasyhuran yang menghiasinya akan tetapi hati mereka bersatu karena kecintaannya kepada Allah dan berpegang teguh dengan sunnah Nabi-Nya.
Mereka adalah orang-orang yang bertemu dan berpisah, bercinta dan membenci seseorang karena Allah. Mereka meyakini bahwa kekokohan dan soliditas bangunan kebersamaan (jama’ah) dilandasi oleh kesetiaan kepada manhaj Allah, kejujuran didalam merealisasikannya serta jihad dijalan-Nya, sebagaimana firman-Nya :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ ﴿٢﴾ كَبُرَ مَقْتًا عِندَ اللَّهِ أَن تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ ﴿٣﴾ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الَّذِينَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِهِ صَفًّا كَأَنَّهُم بُنيَانٌ مَّرْصُوصٌ ﴿٤﴾
Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan. Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.” (QS. Ash Shaff : 2 – 4)
Da’wah yang mereka lakukan tidaklah ditaburi oleh bunga-bunga yang harum semerbak akan tetapi dengan semak dan duri karena adanya pertentangan yang jelas antara yang hak dan yang batil, antara nilai-nilai ilahi dan nilai-nilai setan.
Sayyid Qutb didalam menafsirkan ayat 108 surat Yusuf mengatakan bahwa makna “dan Aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik” adalah kemusyrikan yang nyata maupun yang tersembunyi… Inilah jalanku (Nabi, pen) dan orang-orang yang berkehendak mengikutiku. Dan barangsiapa yang tidak berkehendak maka aku akan tetap berjalan diatas jalanku yang lurus.
Para kader da’wah yang menyeru kepada Allah hendaklah memiliki keunikan. Mereka harus menyatakan bahwa mereka adalah umat yang satu, berpisah dari orang-orang yang tidak seakidah dengan aqidah mereka, tidak menapaki jalan mereka, tidak tunduk kepada pemimpin mereka dan mereka memiliki kekhasan dan tidak bercampur !
Tidaklah cukup para kader da’wah hanya menyeru kepada agama mereka (islam, pen) sementara mereka bersenang-senang didalam masyarakat jahiliyah. Dan da’wah yang seperti ini tidaklah ada nilainya sedikit pun! Sesungguhnya keharusan mereka sejak hari pertamanya adalah mengumumkan bahwa mereka adalah sesuatu yang lain yang bukan jahiliyah, mereka memiliki keunikan dengan perkumpulannya yang diikat oleh akidah yang khas dengan titel kepemimpinan islam.
Mereka haruslah membedakan diri mereka dari masyarakat jahiliyah serta membedakan pemimpin mereka dari pemimpin masyarakat jahiliyah juga!
Selanjutnya beliau mengatakan bahwa orang-orang yang mengira bahwa mereka akan mencapai tujuannya dengan cara berbaur didalam masyarakat jahiliyah, dengan nilai-nilai jahiliyah dan berbagai tipu daya yang melenakan melalui masyarakatnya dan dari situasi dan kondisi seperti itu muncul da’wah islam… maka sebenarnya mereka adalah orang-orang yang tidak mengetahui tabiat aqidah ini dan tidak mengetahui bagaimana seharusnya mereka mengetuk hati!.. Sesungguhnya para pendukung atheis sendiri telah menyingkap ciri-ciri, jati diri dan wajah mereka? Lalu mengapa para kader da’wah yang menyeru kepada islam tidak mengumumkan jati diri mereka yang khas? cara mereka yang khas? Dan jalan yang jelas-jelas berbeda dengan jalan jahiliyah? (Fii Zhilalil Qur’an juz IV hal 2034)
Dari apa yang dipaparkan Sayyid Qutb diatas tampak bahwa setiap kader berkewajiban mengawal dan mengarahkan da’wah ini untuk tetap berpegang teguh dengan keunikan yang dimilikinya, keunikan didalam tujuan, sarana serta prinsip yang digunakannya.
Artinya bahwa setiap kader da’wah harus betul-betul menjaga kesucian da’wah ini dari berbagai kepentingan rendah duniawi demi mendapatkan keredhoan Allah swt di akherat. Hal inilah yang ditegaskan oleh Imam Al Banna dalam risalah “Da’wah Kami”.
Beliau mengatakan,”Kami menginginkan bersama ini agar kaum kami—seluruh kaum muslimin adalah kaum kami—bahwa da’wah kami adalah da’wah yang bersih dan suci. Ia adalah da’wah yang tinggi didalam kesuciannya hingga melampaui berbagai ambisi pribadi, menghinakan kepentingan materialistis, meninggalkan dibelakangnya berbagai hawa nafsu. Ia adalah da’wah yang melangkah ke depan di jalan yang telah digariskan oleh Yang Maha Benar dan Maha Tinggi untuk para dai yang menyeru kejalan-Nya :
قُلْ هَذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللّهِ عَلَى بَصِيرَةٍ أَنَاْ وَمَنِ اتَّبَعَنِي وَسُبْحَانَ اللّهِ وَمَا أَنَاْ مِنَ الْمُشْرِكِينَ
Artinya : “Katakanlah: "Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik". (QS. Yusuf : 108)
Maka kami tidaklah pernah meminta sesuatu pun dari manusia, tidak menuntut harta mereka, tidak meminta balasan mereka, popularitas mereka dan tidak juga menginginkan imbalan maupun ucapan terima kasih. Sesungguhnya balasan kami dalam hal ini hanyalah dari Yang telah menciptakan kami. (Majmu’atur Rosail hal 17)
Untuk itu setiap kader da’wah haruslah menempatkan wala’ (loyalitas) nya pertama kali kepada Allah, Rasul dan orang-orang beriman yang senantiasa ruku’, sujud dan tunduk dengan segala aturan Allah swt. Mereka adalah orang-orang yang mengikuti kebenaran bukan mengikuti orang-orang yang mengatakan kebenaran. Karena kebenaran adalah sesuatu yang abadi, tetap dan tak berubah-ubah sementara orang-orang yang mengatakan kebenaran ada kemungkinan mengalami perubahan dari nilai-nilai kebenaran yang pernah dikatakan. Karena itulah Allah swt menyinggung orang-orang yang seperti ini didalam firman-Nya :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ
Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan?” (QS. Ash Shaff : 2)


Senin, 01 Desember 2014

variasi bahasa di lingkungan SD

Bahasa yang digunakan di lingkungan sekolah (SD)
Penelitian Mini

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Oleh :
FAJRIANUR
(511300076)


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU REPUPLIK INDONESIA
(IKIP PGRI) PONTIANAK
2014


KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah mempermudah saya untuk menyusun isi dari penelitian yang saya lakukan beberapa hari ini, dan alhamdulillah penelitian ini akhirnya bisa selesai tepat pada waktunya untuk memenuhi tugas mata kuliah Sosiolinguistik. Adapun yang akan saya bahas dalam penelitian ini adalah tentang cara penggunaan Variasi bahasa dan saya pun berusaha menyusun penelitian ini semenarik mungkin, dan sekreatif mungkin agar mudah dibaca dan dipahami, untuk mempermudah pemahaman, saya juga memberi sumber-sumber permasalahan. Akhir kata saya mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan hasil penelitian saya ini. Dan saya mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu dan teman-teman yang telah mendukung saya untuk menyelesaikan hasil penelitian ini.
Mudah-mudahan dengan mempelajari hasil penelitian ini, para mahasiswa akan lebih mengetahui dan bisa mengetahui serta memahami tentang variasi didalam bahasa. Dan dengan harapan semoga mahasiswa mampu berinovasi dan berkreasi dengan potensi yang dimiliki.





Pontianak ,  Oktober 2014



Penulis

DAFTAR ISI
                                                                                                                               Hal
Kata Pengantar..........................................................................................        i
Daftar Isi...................................................................................................        ii

BAB I : PENDAHULUAN.....................................................................       1
a . Latar Belakang.......................................................................        1
b. Fokus Penelitian......................................................................        2
         1. Masalah dan Batasan Masalah........................................        2
c. Tujuan Penelitian......................................................................        2
d. Manfaat Penelitian....................................................................        2
BAB II : LANDASAN TEORI...............................................................        4
a.       Hakikat Variasi Bahasa.........................................................         4
BAB III : PEMBAHASAN.....................................................................        7
a.       Hasil Penelitian......................................................................         7
BAB IV : PENUTUP..............................................................................         10
a.         Simpulan...............................................................................       10
b.        Saran.....................................................................................      10

Daftar Pustaka



                                                                            BAB I
PENDAHULUAN
A.      LATAR BELAKANG
Secara umum sosiolinguistik membahas hubungan bahasa dengan penutur bahasa sebagai anggota masyarakat. Sosiolinguistik menyangkut sosiologi dan linguistik, karena itu sosiolinguistik mempunyai kaitan erat dengan kedua kajian tersebut. Sosio adalah masyarakat dan linguistik adalah kajian bahasa. Hal ini mengaitkan fungsi bahasa secara umum yaitu sebagai alat komunikasi. Sosiolingistik lazim didefenisikan sebagai ilmu yang mempelajari ciri dan pelbagai variasi bahasa serta hubungan diantara para bahasawan dengan ciri fungsi variasi bahasa itu di dalam suatu masyarakat bahasa (Kridalaksana, 1978:94) dalam .
Nama lain untuk sosiolinguistik ialah sosiologi bahasa. Istilah sosiologi bahasa lebih menekankan aspek sosiologinya daripada aspek linguistiknya. Dilihat dari aspek penekanannya, kedua istilah ini mungkin ada perbedaan. Sosiolinguistik, cabang linguistik yang menghubungkan faktor bahasa dengan faktor sosial, sedangkan sosiologi bahasa merupakan cabang sosiologi yang menghubungkannya dengan faktor linguistik. Untuk lebih jelasnya perbedaan kedua istilah ini, Alwasilah (1985:3) mengatakan, “sosiologi bahasa membidangi faktor-faktor sosial dalam skala besar yang saling bertimbal-balik dengan bahasa dan dialek-dialek.  Sosiolinguistik lebih berhubungan dengan perincianperincian (details of language) dalam penggunaan yang sebenarnya yang oleh Hymes disebut the ethnography of speaking.”
Berdasarkan pengertian menurut para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa sosiolinguistik atau sosiologi bahasa adalah cabang ilmu linguistik yang erat kaitannya dengan sosiologi, hubungan antara bahasa dengan faktor- faktor sosial di dalam suatu masyarakat tutur serta mengkaji tentang ragam dan variasi bahasa untuk berkomunikasi atau timbal balik yang dilakukan oleh masyarakat itu sendiri.
Hubungan ini tentunya akan memerlukan sebuah bahasa dan bahasa itupun pastinya akan berbeda, 1pemakaian bahasa oleh kelompok sosial menghasilkan variasi bahasa. Variasi bahasa menurut David Crystal (1980:111) variasi bahasa yang digunakan oleh kelompok sosial tertentu. Variasi bahasa sering dikelompokkan berdasarkan pembagian sosial seperti kelas sosial, status pekerjaan, usia dan jenis kelamin. Wardhaugh (1986:46) mengatakan, bahwa istilah dialek dapat digunakan untuk mendeskripsikan perbedaan bahasa yang berhubungan dengan variasi kelompok sosial atau kelas sosial.
B.       FOKUS PENELITIAN
1.    Masalah Penelitian
Disini jelas terdapat masalah yang dapat menghambat sebuah variasi bahasa yang dilakukan oleh masyarakat khususnya yang akan saya teliti yaitu bahasa yang dilakukan oleh anak-anak SD disekitaran Kota Pontianak.
 Latar belakang penulis mengadakan penelitian ini yaitu untuk mengetahui bahasa yang dipakai oleh anak-anak khususnya yang masih duduk di bangku sekolah dasar di kehidupan sehari-harinya. Selain itu penulis juga ingin mengetahui faktor-faktor yang melatar belakangi variasi bahasa lisan anak-anak sekolah dasar, Penelitian ini dibuat dengan tujuan mengetahui dialek bahasa dan variasi bahasa yang digunakan anak-anak sekolah dasar
2.    Batasan Masalah
1.      Dari segi apa saja yang dapat dilihat dari variasi  bahasa?
2.      Berapa bahasa yang digunakan oleh anak-anak sd?
C.      TUJUAN PENELITIAN
1.    Untuk mengetahui variasi bahasa seperti apakah yang digunakan oleh anak-anak sekolah dasar pada khususnya.
D.      MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat secara teoritis maupun praktis bagi perkembangan penelitian bahasa.



1.    Manfaat Teoritis
Manfaat secara dari hasil penelitian ini, dapat menjadi masukan yang bermanfaat bagi pengembangan penelitian bahasa. Menambah atau memberikan sumbangan bagi ilmu pengetahuan di bidang Linguistik.
2.    Manfaat Praktis
a.    Bagi peneliti, penelitian variasi bahasa ini akan memberikan penambahan wawasan dalam menyelesaikan masalah yang ada dan sebagai dasar untuk penelitian lebih lanjut.
b.    Bagi mahasiswa, yaitu Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi mahasiswa, khususnya mahasiswa program studi bahasa dan sastra Indonesia dalam meneliti  sosiolinguistik.
c.    Bagi dosen, yaitu menambah wawasan dan pengetahuan mengenai          sosiolinguistik khususnya variasi dalam bahasa.



BAB II
KAJIAN TEORI

Sosiolinguistik adalah kajian tentang bahasa yang dikaitkan dengan kondisi kemayarakatan (sumarsono dan paina Partana. 2002:1) dalam fitria anjar kusuma. Nababan (1986;2) dalam fitria anjar kusuma, menyatakan bahwa linguistik adalah ilmu yang mempelajari atau membicarakan bahasa, khususnya unsur-unsur bahasa (fonem, morfem, kata, dan kalimat) dan hubungan antara unsur-unsur itu, termasuk hakikat dan pembentukan unsur-unsur itu.
Raharjo (2001:74) dalam sri handayani markhamah,  mengemukakan bahwa ragam bahasa merupakan variasi bahasa yang disebabkan oleh adanya perbedaan dari sudut pembicara, tempat, pokok tuturan, dan situasi. Dalam penelitian ini variasi bahasa lisan merupakan alat yang digunakan oleh anak-anak sekolah dasar terhadap guru, orang yang lebih tua dari mereka atau penjual makanan atau minuman yang ada dilingkungan mereka. Bahasa yang digunakan pun bervariasi. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah interaksi timbal balik antara anak-anak dengan orang disekitarnya. Bahasa yang digunakan antara anak-anak sekolah dasar pun sangat bervariasi terhadap lawan bicara mereka, tetapi bahasa yang mereka gunakan kebanyakan bahasa tidak baku dan bersifat informal, bukan formal. Dalam situasi informal mereka menggunakan bahasa santai, ringkas, dan kurang memperhatikan struktur kalimat yang benar. Sebaliknya, dalam situasi formal anak-anak ini pun menggunakan bahasa yang resmi, lengkap, dan terstruktur walaupun terkadang mereka sering mengucapkan kata-kata yang bersifat tidak baku.
Perubahan bahasa dapat terjadi bukan hanya berupa pengembangan dan perluasan, melainkan berupa kemunduran sejalan dengan perubahan yang dialami masyarakat. Berbagai alasan sosial dan politis menyebabkan banyak orang meninggalkan bahasanya, atau tidak lagi menggunakan bahasa lain. Dalam perkembangan masyarakat modern saat ini, masyarakat Indonesia cenderung lebih senang dan merasa lebih intelek untuk menggunakan bahasa asing. Hal tersebut memberikan dampak terhadap pertumbuhan bahasa Indonesia sebagai jati diri bangsa. Chaer (2004:62) dalam fidian rahman mengatakan bahwa variasi bahasa itu pertama-tama kita bedakan berdasarkan penutur dan penggunanya. Berdasarkan penutur berarti, siapa yang menggunakan bahasa itu, dimana tinggalnya, bagaimana kedudukan sosialnya di dalam masyarakat, apa jenis kelaminnya, dan kapan bahasa itu digunakannya. Berdasatkan penggunaannya, berarti bahasa itu digunakan untuk apa, dalam bidang apa, apa jalur dan alatnya, dan bagaimana situasi keformalannya. Variasi Bahasa disebabkan oleh adanya kegiatan interaksi sosial yang dilakukan oleh masyarakat atau kelompok yang sangat beragam dan dikarenakan oleh para penuturnya yang tidak homogen. Dalam hal variasi bahasa ini ada dua pandangan. Pertama, variasi itu dilihat sebagai akibat adanya keragaman sosial penutur bahasa itu dan keragaman fungsi bahasa itu.  Jadi variasi bahasa itu terjadi sebagai akibat dari adanya keragaman sosial dan keragaman fungsi bahasa. Kedua, variasi bahasa itu sudah ada untuk memenuhi fungsinya sebagai alat interaksi dalam kegiatan masyarakat yang beraneka ragam. Kedua pandangan ini dapat saja diterima ataupun ditolak
Dalam interaksi antara anak-anak sekolah dasar diperlukan bahasa sebagai alat komunikasi. Bahasa yang digunakan oleh anak-anak ini pun beragam dari bahasa asli pontianak dan bahasa Indonesia dengan segala jenisnya. Bahasa Indonesia yang digunakan bersifat bilingualis. Artinya, kebiasaan menggunakan dua bahasa dalam interaksi dengan orang lain atau menggunakan bahasa Indonesia yang kemelayu-melayuan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi variasi bahasa tersebut. Menurut Fishman (Chaer dan Leonie Agustina,1995:204) dalam sarita merilia, faktor-faktor yang mempengaruhi variasi bahasa adalah lokasi, topik, dan partisipan; seperti keluarga, tetangga, teman, transaksi pemerintahan, pendidikan, pekerjaan, dan sebagainya.
Dalam kosakata anak- anak sang ibu banyak mempengaruhi kata- kata  anak yang akan dipergunakan didalam masyrakat dan disekolah. Namun, ragam tutur anak hanya bersifat sementara dan akan ditinggalkan ketika anak- anak menjelang remaja. Kosakata anak-anak kecil akan berkisar pada “ yang ada di sini dan yang sekarang (Sumarsono, 2013: 138) di . Jika anak berusia 2-3  maka kosa kata dan kalimat yang melingkupinya hanya berkaitan dengan ativitas yang melingkupinya, yaitu makan tidur dan main. Berbeda dengan anak usia SD dan remaja. Anak usia SD akan diajarkan ragam baku.  Kemungkinan besar anak- anak dipengaruhi oleh ragam non baku yang biasa mereka pakai di rumah. Tetapi kemungkinan lain mereka akan melakukan penyusutan dan penyederhanaan atas struktur ragam baku. Sedangkan tutur anak remaja ditandai dengan “kreativitas”. Bahasa- bahasa mereka adalah bahasa rahasia yang hanya berlaku bagi kelompok mereka.
Variasi bahasa dalam situasi yang tidak resmi biasanya ditandai oleh keintiman dan di sini berlaku pula asal orang yang diajak bicara mengerti. Bahasa dalam situasi tidak resmi misalnya bahasa yang dipakai oleh anak-anak yang bercengkrama pada saat tidak ada guru atau jam istirahat. Tidak mungkin dalam situasi seperti itu lahir kalimat “ Perkenankan saya untuk bertanya, mau main apakah kita hari ini teman-teman?” tentu teman-temannya yang mendengar kalimat itu langsung terkejut atau tertawa. Bahasa ini tentu terlalu tinggi, kita akan menggunakan bahasa yang tidak baku atau bahasa yang santai.



BAB III
HASIL PENELITIAN
Pada umumnya para pelaku bicara akan mengalami beberapa hal yang berkaitan dengan berkomunikasi, ketidakkonsisten pelaku dalam berkomunikasilah yang menyebabkan adanya variasi didalam bahasa. Variasi bahasa dapat dilihat dari segi tempat, waku, situasi, pemakai, dan statusnya.
Berdasarkan hasil penelitian terhadap bahasa yang digunakan oleh anak-anak sekolah dasar, variasi bahasa yang dihasilkan adalah bahasa yang bersifat nonformal atau tidak resmi.

Data 1
Para siswa sedang bercanda dan bermain, percakapan antara A B dan C.
            A         :  gimane care e wudhu.
B         : pertame-tame tangan, kedua kumor-kumor, tigee cuci muke
 (sedikit panjang nadanya).
C         :  salah( sedikit panjang karena menyalahkan pembicaraan si B) tak
  sah dah tuu wudhu e.
A         :  babang( si B) tu aa tak saah.

Keterangan:
A adalah anak kecil bernama riko, dan B adalah anak kecil bernama babang dan C adalah anak yang bernama sandi. Ketiganya berkumpul untuk bercerita khususnya cerita mengenai hal sholat atau wudhu. Ketiganya mendiskusikan tata cara untuk berwudhu, karena satu diantara teman yang berdiskusi tersebut ada yang tidak tau tentang tata cara berwudhu.
Adapun variasi yang digunakan oleh mereka bertiga adalah variasi bahasa yang dapat dilihat dari segi pemakai, tempat dan situasinya, dan menggunakan bahasa yang tidak formal atau ragam bahasa yang santai. Karena bahasa yang mereka pakai adalah bahasa yang tidak baku, jenis bahasa yang mereka pakai tidak formal, karena mereka berbicara tidak di forum yang resmi, jadi ragam bahasa yang ada itu adalah ragam bahasa yang santai.
Dengan menggunakan billingualisme atau pemakaian 2 bahasa sekaligus, dapat dilihat dari kata “salah” adalah bahasa indonesia dan satu diantara bahasa dari dialek pontianak adalah kata “gimane” yang artinya adalah “Bagaimana”.
Pada awalnya mereka hanya bermain-main selagi waktu masih istirahat, tetapi ada temannya yang bertanya “gimane care e sholat ( bagaimana tata cara sholat)”. Jadi timbulah variasi bahasa yang bersifat santai hingga akhirnya mereka pun bercanda di sela pertanyaan tersebut.

Data 2
Para siswa sedang istirahat, sebagian siswa ada yang tetap diam berada dikelas, ada yang bermain diluar kelas dan ada juga yang kekantin untuk membeli makan. A adalah siswa B adalah siswa dan C adalah pemilik kantin.
A            :  Bu’de kerupok ni berape sebungkus e?
C            :  oo kerupok itu , harge e 500 ratos
A            :  oo,,beli 2 bungkos ye bu’de..naah.
C            :  naah kembali 1000.
A            :  ma’kaseh bu’de.
C            :  iyeee
B            : bu’de bu’de nasi kuning tu berape?
C            :  makan sini’ k? Makan sini’ 2000, kalau bungkus 2500
B            :  makan sini’ yak bu’de.
C            :  okee,,tunggu bentar yee bu’de buatkan.

Keterangan:
            A adalah siswa sd yang bernama bandi, dan siswa B bernama surya, dan C adalah bu’de yang menjaga kantin yang ada disekolah.Setelah bel istirahat berbunyi maka bandi dan surya bergegas untuk pergi ke kantin untuk membeli makan, dan ternyata bandi hanya membawa uang sebanyak Rp.2000 dan surya membawa uang sebanyak Rp.5000. ketika mereka sampai dikantin bandi yang pertama untuk membeli makanan yaitu berupa kerupuk yang harga nya Rp 500 dan bandi pun membeli 2, di samping itu surya yang membawa uang banyak maka surya pun membeli nasi kuning yang harga nya Rp.2500.
   Dengan menggunakan billingualisme atau pemakaian 2 bahasa sekaligus, dapat dilihat dari kata “makan” adalah bahasa indonesia dan satu diantara bahasa dari dialek pontianak adalah kata “berape” yang artinya adalah “berapa”.





BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
A.      SIMPULAN
Dari hasil penelitian variasi bahasa yang ada di lingkungan sd dapat disimpulkan bahwa variasi bahasa yang digunakan oleh anak-anak sd ialah sebagai berikut :
1.      Variasi bahasa dialekn melayu kalimantan barat khususnya pontianak.
2.      Variasi bahasa ragam santai, variasi bahasa Indonesia ragam santai disebabkan oleh adanya penutur yang bilingualisme.
Bentuk-bentuk bagian atau varian dalam bahasa yang masing-masing memiliki pola yang menyerupai pola umum bahasa induksinya. Variasi bahasa di sebabkan oleh adanya kegiatan interaksi sosial yang dilakukan oleh masyarakat/kelompok yang sangat beragam dan dikarenakan oleh para penuturannya yang tidak bersifat homogen.       
Berdasarkan penggunaannya, berarti bahasa itu digunakan untuk apa, dalam bidang apa, apa jalur dan alatnya, dan bagaimana situasi keformalannya. Karena hasil penelitian ini menemukan anak-anak sd yang berbicara tidak menggunakan bahasa yang tidak formal karena diluar dari situasi yang formal.
Hasil penelitian ini mendukung teori tentang penggunaan variasi bahasa untuk komunikasi praktis harus dilihat unsur lain yang melekat yaitu unsur makna, pesan atau isi yang ada pada isi percakapan tersebut.

B.  SARAN
Demikian hasil penelitian ini saya buat semoga dapat dijadikan sebagai bahan acuan dalam proses belajar mengajar khususnya tentang berbagai macam variasi bahasa. Dengan berbagai tahap dan serta partisipasi dari berbagai pihak yang telah membantu saya dalam mengerjakan dan menyelesaikan hasil penelitian ini. Bila ada kesalahan yang saya buat dengan tidak sengaja saya mohon maaf yang sebesar besarnya dan tidak lupa pula saya membuka diri untuk menerima kritik yang membangun sehingga penelitian yang saya buat ini  mendekati pada kesempurnaan.


DAFTAR PUSTAKA


Kusuma, Fitria Anjar. “Faktor Penyebab Variasi Bahasa Lisan Pada Penghuni Kos Jl.ir. Sutami gg. Sidodadi 3 rt 5 rw 1 kecamatan Jebres.

 Merilia, Sarita. “ Ragam Bahasa Anak Usia 11 Tahun”. 28 Oktober 2014. https://www.academia.edu/7412827/Children_language_variety

Rahman, Fidian. “ Pengertian Variasi Bahasa”. 26 Oktober 2014. http://remajasampit.blogspot.com/2012/10/pengertian-variasi-bahasa.html
Pateda, Mansoer . (1987). (Sosiolinguistik). Angkasa Bandung. Gorontalo.
Samjar. “Variasi dan Ragam Bahasa”. 26 Oktober 2014. teorikux.blogspot.com/2013/10/variasi-dan-ragam-bahasa_1.html
Sri Handayani Markhamah, Atiqa Sabardila. “Variasi Bahasa Lisan Penjual Dan Pembeli Di Pasar Gede Kota Surakarta” 4 November 2014. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta.